Kamis, 02 Juni 2011

Siapa Kaya Siapa Miskin


Suatu ketika seorang ayah dari keluarga kaya raya, bermaksud memberi pelajaran, bagaimana kehidupan orang miskin pada anaknya
Mereka menginap beberapa hari di rumah keluarga petani yang miskin, di sebuah dusun di tepi hutan…
Dalam perjalanan pulang sang ayah bertanya pada anaknya… Bagaimana perjalanan kita…?
Oh sangat menarik ayah… Kamu melihat bagaimana orang miskin hidup…? Sang ayah bertanya… Ya ayah, sahut sang anak. Jadi, apa yang dapat kamu pelajari dari perjalanan kita ini..? Tanya sang ayah… Sang anak menjawab: Yang saya pelajari kita memiliki satu anjing untuk menjaga rumah kita, mereka punya empat anjing untuk berburu. Kita punya kolam renang kecil di taman, mereka punya sungai yang tiada batas…
Kita punya lampu untuk menerangi taman kita, mereka punya bintang yang bersinar di malam hari… Kita memiliki lahan yang kecil untuk hidup mereka hidup bersama alam.. Kita punya pembantu untuk melayani kita, tapi mereka hidup untuk melayani orang lain.
Kita punya pagar yang tinggi untuk melindungi kita, mereka punya banyak teman yang saling melindungi…
Sang ayah tercengang diam mendengar jawaban anaknya… Lalu sang anak melanjutkan, Terima kasih ayah, karena ayah telah menunjukkan betapa miskinnya kita…
Bukankah ini suatu sudut pandang yang menakjubkan…?
Bersyukurlah dengan apa yang telah kita miliki dan jangan pernah risau dengan apa yang tidak kita miliki…

Be Like A Mirror

Pernah bercermin? Pasti! Kalau tidak, siapa yang tahu bagaimana itu bentuk dandanan.
Tahu cermin? Pasti dong! Kalau tidak, bagaimana bisa bercermin?
Jadi mengerti dong sifat cermin itu apa?
Memantulkan image apapun yang diletakkan di depannya. Tapi..dengan syarat, kanannya kamu jadi kirinya cermin. Kanannya cermin jadi kirinya kamu. Tahu dong seperti itu?












Lalu, kira-kira apakah bentuk yang ada di balik cermin berubah dari yang di depan cermin? Tidak! Jelas pasti dan sangat tidak!
Ia hanya akan memantulkan persis tanpa merubah. Selain masalah kanan dan kiri itu, ia tidak merubah esensi dari yang dipantulkannya sedikitpun.
Nah begitu pula dengan hidup.
Seharusnya hidup juga sama seperti cermin. Memantulkan seutuhnya diri kita. Termasuk sisi yang tak bisa terlihat saat kita tak memandang, disaat kiri menjadi kanan, dan kanan menjadi kiri.

Namun kadang cermin memang bisa menjadi buram, sehingga tak terlihat atau bahkan diri kita hanya terlihat samar-samar. Biasanya, cermin bisa menjadi buram oleh kotoran, embun, ataupun coretan.

Sama seperti hidup. Bagaimana kita memandang, melihat sesungguhnya diri kita sendiripun bisa kadang...tak terkenali selayaknya saat memandang ke cermin yang buram.
Status, jabatan, harta yang seringkali bisa merusak pemandangan itu. Menghalangi kita memandang, dan mengetahui siapa diri kita sesungguhnya.

Cermin-cermin mereka sudah paten, tidak bisa terpengaruh lagi oleh segala macam hal, kekayaan, jabatan, bahkan status. Mereka sudah tahu siapa diri mereka sesungguhnya. Mereka tidak takut akan apapun.
Bahkan saat mereka harus jatuh miskin sekalipun, mereka tidak takut. Karena apa?
Karena mereka sudah tahu siapa diri mereka sesungguhnya.

Namun bagaimana dengan kita? Bagaimana dengan aku?
Siapakah kita sesungguhnya? Seperti apakah aku?
Pernahkah kau memandang dirimu di balik cermin?
Seperti apakah dia? Seperti apakah aku?
Atau takutkah engkau untuk mengetahui sesungguhnya engkau? Tanpa harta, tanpa kekayaan, tanpa jabatan, tanpa status, siapakah engkau, siapakah aku?

Siapakah engkau?
Yakinkah bayang di balik cermin itu benar-benar kamu?
Sungguhkah itu engkau?

Bercerminlah...dan tanyakanlah pada dia yang di balik cermin.
Sungguhkah itu kamu?
Sungguhkah itu aku?

Cermin memberi seseorang perasaan percaya diri jika dandanan atau penampilannya sesuai dengan apa yang diharapkan. Melalui cermin, kita bisa melihat bagaimana diri kita, di mana kelebihan kita, di mana kekurangan kita. Perwajahan kita tak akan berubah jadi lebih baik atau lebih jelek, lebih hitam atau lebih putih, selama cermin itu berfungsi sesuai kodratnya, tidak pecah, tidak rusak, dan permukaannya rata.















Bercermin adalah wujud kejujuran. Kita bisa menganggapnya sebagai alat untuk introspeksi diri tanpa khawatir disertai dengan suatu tendensi. Dalam diamnya ia bisa menunjukkan jati diri orang-orang yang berada di hadapannya seperti apa adanya. Diamnya tidaklah statis, diamnya memberi manfaat dengan kejujuran yang di tampaknya.

Bruce Lee memberi perumpamaan itu dalam satu rangkaian kalimat, "Moving, be like water. Still, be like a mirror. Respond like an echo." Bergerak, jadilah seperti air. Diam, jadilah seperti cermin. Bereaksilah seperti suatu gaung.




















Bercermin juga bisa diartikan sebagai sarana mengevaluasi diri. Maka, dalam kondisi diam, Bruce Lee mengukur kekuatan diri sekaligus berkaca dari kekuatan lawan. Di saat itulah, ia tahu apa yang harus dilakukan untuk mengalahkan sang lawan. Begitu juga kita. Mari jadikan saat "bercermin" untuk melihat ke dalam diri, apa saja yang bisa kita maksimalkan, apa saja yang masih bisa ditingkatkan, sehingga kita selalu punya bekal agar jadi pemenang kehidupan!

Kisah Sebuah KUE

"Kisah Sebuah KUE"











Seorang wanita sedang menunggu di bandara
suatu malam. Masih ada beberapa jam sebelum jadwal
terbangnya tiba. Untuk membuang waktu, ia membeli buku bacaan dan sekantong kue di toko bandara, lalu menemukan
tempat untuk duduk di sebelah seorang pria.

Sambil duduk wanita itu membaca buku
yang baru saja dibelinya. Dalam keasyikannya,
ia melihat pria di sebelahnya tersebut dengan begitu berani
mengambil satu atau dua dari
kue yang diletakkan diantara mereka.
Wanita tersebut mencoba untuk mengabaikan
agar tidak terjadi keributan. Ia membaca, mengunyah kue
dan sesekali melihat jam tangannya.
Sementara si “Pencuri Kue”
yang pemberani menghabiskan
kue yang ada hingga tak bersisa.
Wanita itu semakin kesal sementara menit-menit berlalu.

Wanita itupun sempat berpikir : “Kalau aku bukan orang baik sudah kutonjok dia!”

Setiap ia mengambil satu kue. Si lelaki juga mengambil satu.
Ketika hanya satu kue tersisa, ia bertanya-tanya apa yang akan dilakukan lelaki itu. Dengan senyum tawa diwajahnya dan tawa gugup. Si lelaki mengambil kue taerakhir dan membaginya dua.

Si lelaki menawarkan separo miliknya
sementara ia makan yang separonya lagi. Si wanita pun merebut kue itu dan berpikir :”Ya ampun orang ini berani sekali dan ia juga kasar malah ia tidak kelihatan berterima kasih”.

Belum pernah rasanya ia begitu kesal. Ia
menghela napas lega saat nomor penerbangannya diumumkan.

Ia mengumpulkan barang miliknya dan menuju pintu gerbang. Menolak untuk menoleh pada si “Pencuri Kue” yang tak tahu berterima kasih itu.

Ia naik pesawat dan duduk di kursinya,
lalu mencari bukunya yang hampir selesai dibaca.
Saat ia merogoh tasnya,
ia menahan nafas dengan kaget.
Disitu ada sekantong kue
nya, di depan matanya dan masih utuh.

Mukanya langsung merah padam.

Jadi kue tadi adalah milik lelaki itu dan ia mencoba berbagi.
Terlambat untuk minta maaf, ia tersandar
malu dan bercampur sedih.
Pikirannya berkecamuk, bahwa
sesungguhnya dialah yang kasar, tak tahu berterima kasih.

“Akulah pencuri kue yang tak tahu berterima kasih itu!!!"

Dalam hidup ini kisah “Pencuri Kue” seperti ini sering terjadi.
Kita sering berprasangka dan melihat orang lain dengan kacamata kita sendiri serta tak jarang kita berprasangka buruk terhadap orang lain.

Orang Lainlah yang selalu salah
Orang Lainlah Yang patut di singkirkan
Orang Lainlah Yang Tak Tahu Diri
Orang Lainlah Yang berdosa
Orang Lainlah Yang selalu bikin Masalah
Orang Lainlah Yang Pantas Di Beri Pelajaran

PADAHAL

Kita Sendiri Yang Mencuri Kue Tadi
Kita Sendiri Yang Tidak Tahu Berterima Kasih

"Kita sering sekali Mengomentari, Mencemooh, Pendapat, Penilaian, Atau Gagasan Orang lain.
Padahal Kita belum tau betul Permasalahanya"

5 Langkah Merubah Takdir Kita









1.Gagasan


sebelum kita melangkah untuk merubah Takdir, kita harus mempunyai Gagasan atau Ide yang inovatif. Misalnya kita ingin memikirkan apa usaha yang cocok dengan kemampuan kita serta sesuai dengan Lokasi kita. Disini Pikiran kita harus dituntut untuk berfikir logis, kritis .



2.Perbuatan



Apalah arti sebuah gagasan ataupun ide yang sangat cemerlang apabila tidak dilakukan. maka apa yang agan pikirkan, harus agan lakukan








3.Kebiasaan


Kebiasaan atau konsekuensi terhadap pekerjaan yang harus kita lakukan terus menerus dan cepat, mengapa cepat? YA. karena dalam menjalani hidup saingan itu pasti ada, jadi kita harus bertindak cepat, jangan kapok, jangan takut gagal. karena tak ada kata gagal dalam diri seorang yang ingin maju



4.Karakter


Karakter harus anda miliki. kalo niat kita merubah takdir untuk lebih baik, maka karakter yang akan kita miliki juga baik. kita tau kan, apapun yang dimulai dari hal yang baik, akan menimbulkan kebaikan pula jangan pernah merasa kalah gan




5.Nasib
Mengapa nasib? Nasib bukanlah jawaban. jangan ada kata kata "mungkin lagi ga nasib / nasib kita jelek banget" Nasib itu ditentukan dari dari seberapa keras kita menjalani langkah demi langkah untuk merubah diri kita menjadi lebih baik dan lebih maju

TAKDIR

Disini setelah semua step by step di lakukan, maka TAKDIR yang banyak orang bilang sepenuhnya kuasa Tuhan itu salah, karena apabila kita berusaha maka Takdir akan kita tentukan sendiri.....

Dan yang paling penting Jangan Lupa Berdoa..

Kekuatan dan Kelemahan


Alkisah, di sebuah kota kecil di Jepang, terdapat seorang anak yg lengan kirinya buntung, tetapi ia sangat menyukai beladiri judo, dan sudah mengikuti latihan di sebuah dojo.

Selama berlatih, sang guru hanya mengajarkan satu jurus saja. Walaupun jurus itu termasuk sukar untuk dikuasai, anak ini merasa tak puas, karena ia melihat murid-murid lainnya mempelajari bermacam-macam teknik. Akhirnya setelah 6 bulan, ia tak kuasa lagi menahan kesabarannya. Lantas ia menemui sang guru; “Sensei, bolehkah aku bertanya? Mengapa selama 6 bulan ini aku hanya berlatih jurus ini saja”.

Gurunya hanya menjawab singkat “Karena engkau murid yang istimewa dan hanya jurus ini yang engkau perlukan” Ia tak berani lagi bertanya dan memilih untuk berlatih dengan tekun. Semakin lama jurus itu semakin dikuasainya dan mendarah daging dalam dirinya. Tak ada seorangpun yang semahir dia dalam menggunakan jurus tsb.

Setahun kemudian, sang guru menyertakan dirinya dalam kejuaran nasional di ibukota. Walaupun merasa pesimis & minder, ia menuruti permintaan sang guru & mereka berangkat ke ibukota.

Kejuaraan dimulai. Di luar dugaannya, dengan mudah ia bisa menjatuhkan & mengunci lawan-lawannya. Babak demi babak ia lalui, sampai akhirnya ia harus menghadapi juara tahun lalu di babak Final. Walau memakan waktu cukup lama dan menguras tenaganya, lagi-lagi ia berhasil memenangkan pertandingan.

Dalam perjalanan pulang, sembari membahas & mengevaluasi pertarungannya, sang anak bertanya kembali “Sensei, saya heran, mengapa hanya bermodal satu jurus ini saja saya bisa memenangi pertandingan. Saya masih belum mengerti ucapan Sensei dulu, apa istimewanya saya dan mengapa hanya satu jurus ini?”

Sang Sensei tersenyum & berkata; “Muridku, Cara bertarung setiap orang adalah unik, tergantung dari kekuatan & kelemahannya. Praktisi beladiri perlu mempelajari berbagai teknik & jurus sampai akhirnya ia menemukan kekuatan & kelemahannya dan akhirnya memilih teknik & jurus yang sesuai, yaitu teknik2 yg memanfaatkan kekuatanya dan menutupi kekurangan atau bahkan mengubahnya sebagai kekuatan”.

“Engkau istimewa, karena kekuranganmu sudah jelas. Sehingga tak perlu engkau menghabiskan waktu mempelajari berbagai jurus & teknik yang sudah pasti tidak engkau perlukan. Dan jurus itu paling cocok bagimu, karena selain jurus tersebut salah satu jurus tersulit dalam Judo, satu-satunya cara untuk menghadapinya adalah dengan mengunci lengan kirimu”.

Kadang orang mengira bahwa kekurangannya merupakan hukuman, kutukan dan menyesalinya. Padahal, di dunia ini banyak sekali terdapat kemungkinan dan tak mungkin semuanya diraih. Orang-orang yg memahami kekurangannya seharusnya bisa menyadari hal2 yang mustahil ia lakukan dan tak membuang waktu percuma untuk mengejarnya. Dan orang-orang yang juara adalah orang² yang menggunakan semaksimal kekuatannya dan juga berhasil menggunakan kelemahannya juga sebagai kekuatan.

 
Powered by Blogger