Senin, 28 Mei 2012

Masa Lalu

Suatu ketika tiba2 kita akan teringat masa lalu. 
Ternyata terasa oleh kita bahwa Kehidupan kita itu berlalu dgn cepatnya. 

Banyak sekali yg telah d'lalui, 
ada yg Lancar... 
ada yg penuh Kesulitan ...
ada yg penuh Kegembiraan...
ada pula yg penuh Duka dan Kegetiran...
Ada kalanya hidup ini penuh Sukses tapi ada kalanya hidup ini terasa penuh Rintangan .
Semua orang pasti mengalaminya.
Itulah kehidupan manusia.

Saat kita 20 thn merasa sungguh enak kalau kita dikarunai wajah tampan/cantik.
Saat kita 30 thn merasa sungguh enak kalau kita bisa menikmati masa muda selamanya
Saat kita 40 thn merasa sungguh enak kalau kita bisa punya banyak uang
Saat kita 50 thn merasa sungguh enak kalau bisa hidup sehat-sehat selalu .
Saat kita 60 thn merasa sungguh enak kalau bisa menikmati kehidupan tenang bersama anak-cucu
Saat kita 70 – 80 thn kita akan merasa kenapa hidup ini serasa sangat singkat sekali sedangkan banyak hal yg belum kita lakukan dg baik .

Sebenarnya dalam hidup ini tdk perlu selalu ada merasa disesali.
Tidak perlu merasa diri ini cakep / jelek.
Tidak perlu merasa bahwa kita adalah orang yg Paling Susah sedunia
Tidak perlu juga kita saling menyalahkan dan mencari siapa yg benar siapa yg salah.

Sebenarnya ........ Hidup ini sungguh indah....
Nikmati lah... Karena itu semua adalah anugrah Nya .

Hanya ada 2 syarat ........

Lakukanlah apa yg belum dan masih bisa kita lakukan dan Syukurilah apa yang telah kita punyai.
INGAT ......
Jarum Jam Kehidupan Manusia TIDAK BISA DIPUTAR KEMBALI ... ! !
=======
Semoga Bermanfaat 

Selasa, 15 Mei 2012

Akibat Keputusan Fatal

Setahun lalu, seorang remaja yang hanya dikenali dengan nama keluarganya, Wang, tertarik dengan salah satu iklan di internet tentang cara mendapat uang cepat. Bukan dengan cara membanting tulang, tapi cukup merelakan organ tubuhnya untuk dijual. Karena begitu menginginkan produk Apple, iPad 2, Wang nekat menjual salah satu ginjalnya.
Uang yang dihasilkannya sebesar Rp35 juta memang cukup untuk membeli barang impiannya itu. Namun sebenarnya nilai sebesar itu jauh lebih kecil bila dibandingkan harga pasaran sebuah ginjal, yaitu sekitar Rp350 juta. Sisa jumlahnya memang dibagi-bagi untuk petugas medis dan beberapa pihak yang terlibat.
Bagi Wang sendiri, pengorbanannya itu sekilas terbayar lunas karena setelahnya dia bisa segera memiliki apa yang selama ini sangat diinginkannya. Namun, kondisi itu ternyata hanya berlangsung sesaat. Genap setahun kemudian, kesehatan Wang justru semakin melemah dikarenakan satu ginjalnya yang tersisa gagal berfungsi dengan baik. Ginjalnya itu tak mampu menyaring racun, sehingga membuat Wang harus menjalani perawatan intensif di rumah sakit. Kini, dia malah menjadi salah satu dari banyak orang di China yang membutuhkan transplantasi organ. Dan biaya perawatannya ini melampaui jumlah uang yang dulu pernah didapatnya dari hasil menjual ginjal. Sungguh ironis!
Apa yang terjadi pada Wang adalah akibat nyata dari sebuah pengambilan keputusan yang keliru. Wang menjadi contoh fatal dari sebuah tindakan yang didasarkan pada emosi sesaat atau kondisi ekonomi atau lingkungan sekitar. Karena itulah, dalam mengambil sebuah langkah kecil atau besar, keputusan kecil atau besar, tindakan kecil atau besar, sangat tidak disarankan untuk terburu-buru memutuskan. Perlu adanya pertimbangan yang matang akan setiap konsekuensi yang pasti menyertai setiap langkah atau tindakan yang kita ambil.

Kisah Tiga Pengembara

Suatu malam, ketika sekelompok pengembara tengah bersiap-siap untuk beristirahat, tiba-tiba di sekeliling mereka tampak terang benderang. Mereka segera menyadari terang itu datangnya dari surga.
Dengan penuh harap, mereka menantikan pesan agung yang sangat penting yang mereka ketahui pasti khusus ditujukan bagi mereka. Akhirnya, terdengarlah sebuah suara yang menggelegar.

"Kumpulkan kerikil sebanyak mungkin. Lalu, masukkan ke dalam tas perjalananmu. Lanjutkan perjalananmu selama sehari. Besok malam kau akan merasa bahagia sekaligus sedih."

Setelah mendengar suara itu berbicara, para pengembara tampak kecewa dan marah karena awalnya mereka berharap akan ada pengungkapan sebuah kebenaran agung yang memungkinkan mereka menciptakan kekayaan, kesehatan, dan kebaikan di dunia. Namun, mereka malah diberikan sebuah tugas remeh-temeh yang tak masuk akal bagi mereka.

Tapi, ingatan akan betapa cemerlangnya suara yang didengar tadi menyebabkan mereka akhirnya memungut sejumput kerikil dan memasukkannya ke dalam tas mereka meskipun sempat menggerutu.

Mereka pun melanjutkan perjalanan selama sehari. Malam harinya, ketika tengah mendirikan tenda, mereka membuka tas-tas perjalanan mereka dan menemukan kerikil-kerikil yang mereka kumpulkan malam sebelumnya sudah berubah menjadi intan-intan yang sangat indah!

Saat itu, mereka merasa bahagia sekaligus sedih dan menyesal, persis sebagaimana yang dikatakan sang suara agung.

Mereka bahagia karena sekarang punya intan-intan indah dan berharga. Tapi, mereka sedih dan menyesal karena tidak mengumpulkan lebih banyak kerikil ketika kesempatannya masih ada.
_____________

Seperti halnya para pengembara dalam kisah di atas, bukankah kita juga sering kali kurang mensyukuri apa yang kita miliki dan peroleh saat ini? Tapi, semua itu belum terlambat; kinilah saatnya berubah. Jika sekarang ini kita merasa tengah mengisi hari-hari kita dengan memunguti "kerikil-kerikil"-yang bisa berupa upaya kita mempelajari bidang marketing dan berusaha keras menjalankannya-percayalah bahwa di masa-masa mendatang, semua upaya itu akan berubah menjadi karunia yang besar dan indah.


Selasa, 01 Mei 2012

Kisah uang Seribu dan Seratus ribu


Konon, uang seribu dan seratus ribu memiliki asal-usul yang sama tapi mengalami nasib yang berbeda. Keduanya sama-sama dicetak di PERURI dengan bahan dan alat-alat yang oke. Pertama kali keluar dari PERURI, uang seribu dan seratus ribu sama-sama bagus, berkilau, bersih, harum dan menarik. Namun tiga bulan setelah keluar dari PERURI, uang seribu dan seratus ribu bertemu kembali di dompet seseorang dalam kondisi yang berbeda.

Uang seratus ribu berkata pada uang seribu :"Ya, ampyyyuunnnn. ......... darimana saja kamu, kawan? Baru tiga bulan kita berpisah, koq kamu udah lusuh banget? Kumal, kotor, lecet dan..... bau! Padahal waktu kita sama-sama keluar dari PERURI, kita sama-sama keren kan ..... Ada apa denganmu?"

Uang seribu menatap uang seratus ribu yang masih keren dengan perasaan nelangsa. Sambil mengenang perjalanannya, uang seribu berkata : "Ya, beginilah nasibku , kawan. Sejak kita keluar dari PERURI, hanya tiga hari saya berada di dompet yang bersih dan bagus. Hari berikutnya saya sudah pindah ke dompet tukang sayur yang kumal. Dari dompet tukang sayur, saya beralih ke kantong plastik tukang ayam. Plastiknya basah, penuh dengan darah dan taik ayam. Besoknya lagi, aku dilempar ke plastik seorang pengamen, dari pengamen sebentar aku nyaman di laci tukang warteg. Dari laci tukang warteg saya berpindah ke kantong tukang nasi uduk. Begitulah perjalananku dari hari ke hari. Itu makanya saya bau, kumal, lusuh, karena sering dilipat-lipat, digulung-gulung, diremas-remas. ......"
Uang seratus ribu mendengarkan dengan prihatin..: "Wah, sedih sekali perjalananmu, kawan! Berbeda sekali dengan pengalamanku. Kalau aku ya, sejak kita keluar dari PERURI itu, aku disimpan di dompet kulit yang bagus dan harum. Setelah itu aku pindah ke dompet seorang wanita cantik. Hmmm... dompetnya harum sekali. Setelah dari sana, aku lalu berpindah-pindah, kadang-kadang aku ada di hotel berbintang 5, masuk ke restoran mewah, ke showroom mobil mewah, di tempat arisan Ibu-ibu pejabat, dan di tas selebritis. Pokoknya aku selalu berada di tempat yang bagus. Jarang deh aku di tempat yang kamu ceritakan itu.
Dan...... aku jarang lho ketemu
sama teman-temanmu. "

Uang seribu terdiam sejenak. Dia menarik nafas lega, katanya : "Ya. Nasib kita memang berbeda. Kamu selalu berada di tempat yang nyaman.

Tapi ada satu hal yang selalu membuat saya senang dan bangga daripada kamu!" "Apa itu?" uang seratus ribu penasaran.

"Aku sering bertemu teman-temanku di kotak-kotak amal di tempat-tempat ibadah. Hampir setiap minggu aku mampir di tempat-tempat itu. Jarang banget tuh aku melihat teman temanmu disana....."


 
Powered by Blogger